MAKALAH PARASITOLOGI II "KUTU"


Tugas Makalah !

PARASITOLOGI II
“ KUTU ”



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat dan hidayah-Nya, kami tetap diberikan kekuatan, kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PARASITOLOGI II "KUTU”.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai definisi, siklus hidup secara umum, morfologi dan jenis-jenis kutu. Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin agar para pembaca memahami isi dari materi ini.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah. Semoga materi dari makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.     


Kendari, 9 Januari 2017

Penulis         





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................        i
DAFTAR ISI..................................................................................................       ii

BAB I     PENDAHULUAN
  1.1 Latar Belakang..........................................................................       1
  1.2 Rumusan Masalah......................................................................       2
  1.3 Tujuan........................................................................................       2

BAB II    PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kutu........................................................................       3
2.2 Siklus Hidup Kutu Secara Umum.............................................       4
2.3 Jenis-Jenis Kutu.........................................................................       4
2.4 Pengertian Kutu Busuk.............................................................       5
2.5 Pengertian Kutu Kucing (Ctenocephalides felis)......................       8
2.6 Pengertian Kutu Kepala (Pediculus humanus capitis)...............     10
2.7 Pengertian  Kutu Beras (Sitophilus oryzae)..............................     13
2.8 Kutu Pubis (Pthirus pubis)........................................................     15

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................     18
3.2 Saran .........................................................................................     18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................     18





BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kutu adalah serangga yang sangat mengganggu manusia karena menghisap darah. Kutu juga bisa menjadi vektor penyakit. Di Indonesia, sampai akhir tahun 1970an, permasalahan kutu banyak ditemukan di rumah, gedung pertunjukan, hotel atau tempat lainnya dimana manusia tidur atau duduk. Tetapi karena keberhasilan pengendalian dengan insektisida berbasis organoklorin (al. DDT), kutu busuk hampir dapat dikendalikan secara penuh, dan hampir tidak ada informasi tentang serangan kutu busuk dalam kurun waktu 1980-2000. Tetapi akhir-akhir ini, terutama dalam 3-5 tahun terakhir, kutu busuk mulai menjadi masalah, banyak ditemukan di hotel berbintang, losmen asrama, dan sedikit di rumah tinggal. Sebenarnya permasalahan yang (mulai) terjadi di Indonesia tidak separah permasalahan yang sudah terjadi di banyak negara di Eropa, Amerika Serikat, Canada, dan Australia; bahkan Malaysia dan Singapura mulai melaporkan adanya permasalahan dengan kutu busuk. Di AS, misalnya pada tahun 2007 dilaporkan telah terjadi peledakan populasi (out breaks) kutu busuk di 50 negara bagian.
Munculnya kembali kutu busuk, merupakan salah satu misteri dalam Entomologi, mengingat serangga penghisap darah ini hampir tidak muncul untuk jangka waktu puluhan tahun. Walaupun demikian, adalah fakta bahwa dengan adanya globalisasi, orang dan barang dapat dengan mudah berpindah dari satu tempat/negara ke tempat/negara lainnya.
Mobilitas ini turut memberikan kontribusi terhadap penyebaran kutu busuk ini ke seluruh dunia. Indikasi ini dapat dilihat antara lain bahwa kutu busuk banyak ditemukan di tempat orang datang dan pergi seperti hotel, losmen, apartemen dan asrama. Kutu busuk (termasuk telurnya) dapat terbawa secara tidak sengaja beserta pakaian, dalam koper/ransel, suitcase dan sebagainya.
                                                                 
1. 2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang mendasari penyusunan makalah ini tentang kehidupan parasit ini dalam segala aspek yang kemudian di rangkum dalam sub-sub pembahasan yang meliputi : pengertian kutu, klasifikasi,morfologi, bagian-bagian tubuh kutu, epidemiologi, gejala klinik, diagnosis, dan pengobatannya.

1. 3 Tujuan
a.       Mengetahui jenis spesies kutu beserta ciri dan dampaknya bagi kesehatan manusia.
b.      Mengetahui cara pengendalian kutu.
c.       Mengetahui tentang pengertian kutu, klasifikasi,morfologi, bagian-bagian tubuh kutu, epidemiologi, gejala klinik, diagnosis, dan pengobatannya.


BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Kutu
Kutu adalah  insekta kecil yang mengalami degenerasio, pipih, dosorventral, tidak bersayap, metamorphosis tidak lengkap ,dimana dalam ordo ini terbagi atas 2 bagian kutu yang menghisap dan menggigit,dari segi kesehatan kutu dapat merugikan manusia dimana dapat menyebabkan anemi,rambut rontok, gatal-gatal, serta luka.ghisap merupakn parasit penghisap darah mamalia yang memeiliki mulut seperti jarum (kedalam stilet) yang dapat masuk kedalam kulit inanngnya,bagian mulut berbentuk Tabung yang sangad lunak dan daapat memasukkan kelenjar ludah kedalaam kulit inanggnya, serta menggankut darang inanggnya kembali  kedalam usus serangga,
Kelenjar ludah merupakan bahan anti beku untuk mencegrah  pembekuan darah pada stilet pada waktu darah dipompa darinkulit inang kedalam tubuh seranggga dengan bantuan oto gerak usus. Dibagian  punggung dan tubuh bagian belakang kutu ini berbentuk pipih,perutnya besar dan terdiri dari beberapa segmen yang jelas dan dada terdiri dari beberapa segmen yang tidak jelas,kepala kecil,antenna pendek dan mata majemuk, Kutu penghisap memiliki tungkai-tungkai yang amat kuat maisng-masing tungkai berakhir dengan ujung serupa cakar dan duri  yang berkembang biak dengan dengan baik.
Dalam arti lebih sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa Inggris mencakup flea (kutu yang melompat, ordo Siphonaptera) danlouse (kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yangn semuanya adalah parasit). Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng (ordo Hemiptera) dan beberapa anggota ordo Coleoptera. Untuk menjelaskan, diberi keterangan di belakang kata "kutu". Para biologiwan berusaha mendayagunakan kata tuma bagi kelompok Phtiraptera, walaupun menyadari terdapat kesulitan dalam penerapannya.


2. 2 Siklus Hidup Kutu Secara Umum
Siklus hidup kutu  merupakan metamorfosis tidak lengkap, yaitu telur-nimfa-dewasa. Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 5-10 hari sesudah dikeluarkan oleh induk kutu rambut. Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi kutu rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Dalam keadaan cukup makanan kutu rambut dewasa dapat hidup 27 hari lamanya.
Siklusnya dibagi 3 tahap
a.       Telur : telur kutu rambut berukuran 0,8 – 0,3 mm dan berbentuk oval. Telur diletakkan oleh betina dewasa pada pangkal rambut yang terdekat dengan kulit kepala. Telur membutuhkan waktu sekitar 1 minggu untuk menetas (6 – 9 hari).
b.      Nimpa : telur yang menetas akan berubah menjadi nimpa. Nimpa terlihat seperti kutu dewasa tetapi berukuran lebih kecil. Nimpa akan menjadi matang setelah 3 kali berubah dan menjadi dewasa dalam waktu 7 hari setelah menetas.
c.       Dewasa : Kutu dewasa berukuran kira – kira sebesar biji wijen, memiliki 6 buah kaki. Dewasa betina biasanya berukuran lebih besar dari jantan dan dapat mengeluarkan 8 telur setiap hari. Untuk dapat bertahan hidup, kutu dewasa harus menghisap darah beberapa kali sehari. Tanpa darah, kutu dewasa akan mati dalam waktu 1 – 2 hari.

2. 3 Jenis-Jenis Kutu
1.      Kutu Busuk
2.      Kutu Kucing
3.      Kutu Kepala
4.      Kutu Beras
5.      Kutu Pubis
2. 4 Pengertian Kutu Busuk
Image result for bagian bagian kutu busuk




Kutu busuk adalah serangga parasit dari keluarga Cimicidae. Kutu busuk dikenal sebagai spesies yang meminum darah manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Kutu busuk senang tinggal di rumah manusia, khususnya pada tempat tidur.Kutu busuk biasa tinggal dan bertelur di lipatan tempat tidur atau bantal dan tempat-tempat tersembunyi lainnya.
 Kutu busuk bisa menggigit tanpa disadari korbannya, biasanya ia akan agresif pada malam hari. ia akan menimbulkan bekas gigitannya yang berupa bentol dan terasa gatal serta panas pada korbannya. Serangga parasit ini bisa menimbulkan penyakit ruam-ruam, efek psikologis, dan gejala alergi. Hewan ini beraroma tidak sedap dan sangat menyengat di hidung.
1.      Morfologi Kutu Busuk
a.       Telur
Telur Phthirus pubis berwarna putih kekuningan, memiliki panjang sekitar 1 mm dan melekat kuat pada rambut atau pakaian. Beberapa telur dapat melekat pada sehelai rambut. Betina meletakkan sekitar tiga telur per hari, dan kesuburan pada 26-30 telur. Penetasan terjadi dalam 6-8 hari, dan pertumbuhan membutuhkan waktu 13-17 hari pada suhu kulit normal.

b.      Nimfa
Nimfa menyerupai dewasa, tetapi lebih kecil. Tahap ketiga pada nimfa jantan memiliki panjang 1,3-1,4 mm dan biasanya dengan dua tuberkel lateral. Tahap ketiga nimfa betina memiliki panjang 1,0-1,5 mm panjang dan biasanya dengan empat tuberkel lateral

c.       Dewasa
Phthirus pubis berbentuk pipih dorsoventral, bilateral simetris, tidak bersayap. Bentuk mulut tipe menusuk dan menghisap. Mempunyai spirakel di bagian dorso ventral. Ada yang berpleural plate ada yang tidak. Metamorfosis tidak lengkap, terjadi perubahan dari telur, nimfa, akhirnya menjadi dewasa.
Kepala Phthirus pubis terdapat clupeus, frons, letaknya antara antena dan mata, sepasang mata faset (jelas terlihat), sepasang antena yang bersegmen empat buah dan haustellum, terdapat labrum, epifaring, dan prestomal teeth.
Thorax pada Phthirus 1 pasang scpirakel dan 3 pasang kaki kuat dengan claw (cengkram). Segmen thorax tidak terlihat jelas pada Phthirus, terdiri atas prothorax, mesothorax dan metathorax. Kaki terdiri atas: coxa, trochanter, femur, tibia tumb, tarsus, tarsal claw (kuku).
Abdomen Phthirus pada tiap segmen terdapat pleural plate, di bagian dorso lateral terdapat abdominal spirakel dan tranverse band. Segmen abdominal ada 9 buah. Pada hewan jantan segmen terakhir ada adeagus dan bentuknya asimetris, sedangkan pada betina terdapat gonopodia, simetris. Segmen ke 3-5 bersatu dan pada segmen tersebut terdapat 3 pasang spirakel yang bersatu dalam satu segmen. Pada segmen ke 6-8 hanya terdapat 1 pasang spirakel saja pada tiap segmen. Pada segmen ke 1 dan 2 menghilang. Segmen ke 9 yaitu alat kelamin 3.Distribusi atau Penyebaran.

2.      Klasifikasi Kutu Busuk
Klasifikasi Kutu Busuk
Kingdom         : Animalia
Filum                : Arthropoda
Classis              : Insecta
Ordo                 : Hemiptera
Family              : Cimicidae
Genus              :Cimex
Spesies            : Cimex lectularius

3.      Bagian-Bagian Kutu Busuk
Image result for bagian bagian kutu busuk1. Antena
2. Kepala
3. Toraks
4.  Abdomen
5. Ruas Kaki
6. Ruas Tangan

4.      Siklus Hudup Kutu Busuk
            Seekor betina mampu memproduksi sebanyak 150-200 butir telur selama hidupnya, dengan frekwensi bertelur setiap harinya 3-4 butir. Telurnya berwarna putih krem, panjangnya satu mm dan mempunyai operkulum. Dalam waktu 3-14 hari pada suhu 23o C, telur akan menetas menjadi nimfa. Nimfa pertama akan berganti kulit menjadi nimfa ke-2, 3, demikian seterusnya sampai nimfa kemudian berganti kulit lagi menjadi instar terakhir.
            Banyaknya pergantian kulit berbeda-beda tergantung jenis, makanan dan suhu. Rata-rata antara 5 sampai 6 kali. Pertumbuhan yang demikian termasuk ke dalam metamorfosis tidak sempurna. Laju perkembangan juga tergantung makanan dan suhu. Pada suhu yang sesuai, stadium dewasa dicapai dalam waktu 8-13 minggu setelah menetas. Lama hidup (longevity) dewasa panjang yaitu 6-12 bulan, dan ia dapat bertahan hidup tanpa makan selama 4 bulan

5.      Gejala Klinik
            Sampai sekarang tidak ada bukti-bukti bahwa kutu busuk berfungsi sebagai vektor transmisi penyakit-penyakit manusia. Kutu busuk mengganggu kesenangan manusia karena menggigit dan menghisap darah manusia. Kutu busuk paling suka darah manusia, tetapi kadang-kadang juga menghisap darah ayam, unggas lainnya, tikus, binatang-binatang lain. Mereka hisap darah untuk makanan mereka.
            Ada orang yang sangat sensitif terhadap gigitan kutu busuk, tempat yang digigit menjadi merah, bengkak dun gatal, ini disebut sebagai penyakit ruam-ruam. Tetapi ada juga orang-orang yang seolah-olah tidak merasa apa apa kalau digigit oleh kutu busuk. Kutu busuk mempunyai kebiasaan untuk degaekasi segara sehabis menghisap darah. Tempat gigitan yang menjadi gatal digaruk-garuk dan faeces kutu busuk terdorong masuk kedalam luka bekas gigitan, tetapi dengan cara ini tidak ada penularan penyakit.

6.      Diagnosis
Gigitan kutu busuk sebenarnya tidak menyakitkan karena air liur meraka mengandung zat anestesi. Akan tetapi adanya antikoagulan atau kandungan pengencer darah dalam air liur kutu busuk menyebabkan sebagian orang mengembangkan reaksi alergi pada kulitnya.
Reaksi ini sebenarnya bervariasi di masing-masing orang, bisa ringan atau bahkan berat. Hal ini tergantung dari beberapa faktor, misalnya kekebalan individu yang bersangkutan. Demikian dikutip dari AsiaOne, Selasa (17/9/2013). Beberapa saat setelah digigit kutu busuk, kulit akan menjadi gatal dan timbul bentol yang memerah, dan bahkan lecet. Dijelaskan dr Chan Chew Yuin, dermatolog di Dermatology Associates di Gleneagles Medical Centre, gigitan kutu busuk umumnya muncul di bagian tubuh yang terbuka,seperti wajah, leher, lengan dan kaki.

2. 5 Pengertian Kutu Kucing (Ctenocephalides felis)
Kutu kucing adalah kutu dari keluarga puliciade. Kutu kucing dikenal juga sebagai kutu yang berparasit pada kucing yang dapat menyebabkan gatal pada tubuh kucing. Kutu kucing terdapat di dalam bulu-bulu kucing.
·         Domain : Eukaryota (Whittaker & Margulis, 1978)
·         Kingdom : Animalia (Linnaeus, 1758)
·         Phylum : Arthropoda (Latreille, 1829)
·         Subphylum : Mandibula (Snodgrass, 1938)
·         Class : Insecta (Linnaeus, 1758)
·         Subclass : Dicondylia
·         Order : Siphonaptera
·         Family : Pulicidae
·         Subfamily : Pulicinae
·         Genus : Ctenocephalides (Stiles & Collins, 1930)
·         Spesies : Ctenocephalides felis (Bouche, 1835)

1.      Morfologi Kutu Kucing
Kutu kucing (Ctenocephalides felis) berukuran kecil 1-2 mm, berwarna coklat tua atau hitam, tubuh pipih, suka meloncat-loncat, sering terlihat di sela rambut kucing dan akibat dari gigitannya akan menyebabkan rasa gatal. Ciri-ciri Ctenocephalides felis yaitu tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar. Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke belakang dan rambut keras. Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala. Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago). Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas. Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan. Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun prenatal.
      Perbedaan jantan dengan betina adalah pada jantan memiliki tubuh dengan ujung posterior seperti tombak yang mengarah ke atas, antena lebih panjang dari betina. Sedangkan pada betina, tubuh berakhir bulat dan antena lebih pendek dari jantan.

2.      Siklus Hidup
Telur akan menetas 2-10 hari menjadi larva yang makan darah kering (yang dikeluarkan pinjal dewasa), feses, bahan organik lainnya. Larva juga membuat pupa dengan menyilih 2 kali. Stadium larva berlangsung 1-24 minggu. Pupa dapat hidup selama 1 minggu sampai 1 tahun tergantung faktor lingkungan. Setelah melewati masa pupa, maka kutu dewasa akan terlahir dengan tipe mulut penghisap yang dilengkapi tiga stilet penusuk.

3.      Bagian-Bagian Tubuh Kutu Kucing

 


4.      Gejala Klinik
Gejala-gejala alergi meliputi gatal parah, bulu rontok, lemah, lesu dan anemia. Selain gatal-gatal, gigitan kutu juga dapat menyebabkan infeksi sekunder. Saat hewan peliharaan terinfeksi, sejumlah besar kutu juga bisa hidup pada karpet dan selimut yang pada akhirnya turut menggigit sang pemilik.
Gigitan kutu kucing pada manusia muncul sebagai benjolan kecil berwarna merah yang terasa gatal. Benjolan ini biasanya muncul di pergelangan kaki dan kaki bagian bawah. Jika alergi terhadap air liur kutu, maka seseorang dapat mengalami reaksi alergi.

5.      Diagnosis
Penyakit ini sering tertukar dengan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur (ringworm). Diagnosa penyakit biasanya dilakukan dengan cara memeriksa kerokan kulit dibawah mikroskop. Biasanya dalam kerokan kulit tersebut ditemukan banyak tungau.
2. 6 Pengertian Kutu Kepala (Pediculus humanus capitis)

·          
·          
·        


·         Kingdom      Animalia
·         Phylum         Arthropoda
·         Class             Insekta
·         Ordo             Phthriraptera
·         Family          Pediculidae
·         Genus           Pediculus
·         Species         Pediculus humanus capitis

Kutu rambut merupakan parasit manusia saja dan tersebar di seluruh dunia. Tempat-tempat yang disukainya adalah rambut pada bagian belakang kepala. Kutu rambut kepala dapat bergerak dengan cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke hospes lain. Kutu rambut ini dapat bertahan 10 hari pada suhu 5oc tanpa makan, dapat menghisap darah untuk waktu yang lama, mati pada suhu 400c. Panas yang lembang pada suhu 600c memusnahkan telur dalam waktu 15-30 menit. Kutu rambut kepala mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lain.
       Pada infeksi berat, helaian rambut akan melekat satu dengan yang lainnya dan mengeras, dapat ditemukan banyak kutu rambut dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal dari gigitan yang meradang. Infeksi mudah terjadi dengan kontak langsung. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kepala.

1.      Morfologi Kutu Kepala
Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf “V”. Sedangkan kutu rambut betina berukuran 3mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf “V” terbalik.
Pada ruas abdomen terakhir mempunyai lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan genital di bagian lateral yang memegang rambut selama melekatkan telur. Jumlah telur yang diletakkan selama hidupnya diperkirakan 140 butir. Telur : Telur berwarna putih mempunyai oper culum 0,6-0,8 mm disebut “nits”.
Telur memiliki perekat yang disebut cement. Bentuknya lonjong dan memiliki perekat, sehingga dapat melekat erat pada rambut. Pada stadium nimfa tumbuh dan bertukar kulit (molting) 3 x dalam wlaktu 3-9 hari menjadi nimfa instar satu, dua, tiga dan berubah menjadi kutu dewasa dengan ukuran maksimal 4,5 mm. Kutu jantan maupun betina menghisap darah inang setiap saat sejak stadium nimfa hingga dewasa.


2.      Fisiologis Kutu Kepala
a.       Sistem respirasi : Dengan trakea yang memanjang pada kiri dan kanan tubuhnya yang dihubungkan dengan stigma yang terdapat di kiri dan kanan pada tiap-tiap ruas.
b.      Sistem Pencernaan : kutu memiliki saluran pencernaan mulai dari mulut sampai anus.
c.       Sistem Ekskresi : Proses ekskresi dilakukan oleh tubulus Malpighi.
d.      Sistem Peredaran Darah : kutu memiliki sistem peredaran darah terbuka, artinya darah mengalir tidak melalui pembuluh darah (tidak memiliki pembuluh vena dan kapiler). Darahnya (disebut hemolimfa) berfungsi untuk mengangkut zat makanan, dan tidak berfungsi untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida. Darah tidak mengandung hemoglobin (Hb).
e.   Sistem Saraf : system saraf pada kutu merupakan sistem saraf tangga tali, berupa saraf ventral yang terdiri dari ganglion otak yang dilanjutkan kearah belakang melalui bagian ventral tubuh.

3.      Siklus Hidup Kutu Kepala
Telur  nimfa Imago (dewasa)
Kutu bereproduksi secara seksual, dengan fertilisasi internal. Umumnya bersifat diesis (ada jantan dan ada betina).  Kutu betina akan menghasilkan telur 6-10 per hari.Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu kurang lebih seminggu sesudah dikeluarkan oleh induk kutu rambut.
Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi kutu rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Dalam keadaan cukup makanan kutu rambut dewasa dapat hidup 19 hari lamanya.
4.      Perilaku Kutu Kepala
a.       Hanya hidup di kepala manusia.
b.      P. humanus capitis hanya terbatas pada daerah kulit atau rambut kepala terutama dibelakang kepala dan dekat telinga.
c.       Peletakan telur pada pangkal rambut yang sangat dekat dengan kulit kepala.
d.      Makanannya darah kepala manusia.
e.       Pergerakannya sangat cepat.
f.       Telurnya memiliki perekat (cement).
g.      Hanya mampu hidup pada suhu 24-37 0C.
h.      Pada tubuh kutu betina di abdomen terahir memiliki lubang kelamin ditengah bagian dorsaldan dua tonjolan genital dibagian lateral yang berfungsi memegang rambut saat proses peletakan telur.\

5.      Gejala
·         Rasa gatal, terutama pada daerah oksiput dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala.
·         Karena garukan, dapat terjadi erosi, ekskioriasi, dan infeksi sekunder (pus, krusta)
·         Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal disebabkan oleh banyaknya pus dan kusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). pada keadaan tersbut kepala memberikan bau yang busuk

2. 7 Pengertian  Kutu Beras (Sitophilus oryzae)
·         Kingdom        : Animalia
·         Filum               : Antropoda
·         Kelas               : Insect
·         Ordo                : Coleopteran
·         Famil               : Cureulionidae
·         Genus              : Sitophilus
·         Spesies            : Sitophilus oryzae
Kutu beras adalah nama umum bagi sekelompok serangga kecil anggota marga Tenebrio dan Tribolium (ordo Coleoptera) yang dikenal gemar menghuni biji-bijian/serealia yang disimpan. Kumbang beras adalah hama gudang yang sangat merugikan dan sulit dikendalikan bila telah menyerang dan tidak hanya menyerang gabah/beras tetapi juga bulir jagung, berbagai jenis gandum, jewawut, sorgum, serta biji kacang-kacangan. Larvanya bersarang di dalam bulir/biji, sedangkan imagonya memakan tepung yang ada
1.      Morfologi Kutu Beras
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa.
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan diruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).


2. 8 Kutu Pubis (Pthirus pubis)





Phthirus pubis adalah serangga parasit penghisap darah yang hidup di kulit sekitar kelamin manusia. Kutu kelamin biasanya menular melalui hubungan seksual. Penularan dari orang tua kepada anak lebih mungkin terjadi melalui rute pemakaian handuk, pakaian, tempat tidur atau closets yang sama secara bergantian. Kutu Pubic menyebar melalui keringat saat kontak tubuh atau seksual. Pasangan seks si pasien dalam waktu 30 hari sebelumnya harus dievaluasi dan diobati, dan kontak seksual harus dihindari sampai perawatan berakhir dengan kesembuhan.
1.      Morfologi
a.       Kepala
·         terdapat sepasang antenna
·         Sepasang mata facet
·         Haustellum alat mulut
b.      Thorax
·         terdiri atas ( protothorax, mesothorax, metathorax) terdapat :
c.       Kaki yang kuat  (3 pasang) berakhir :
d.      Kuku
e.       Claw
·         pada protothorax antara coxa kaki
·         dan 2 terdapat 1 pasang spirakel
TELUR (NITS)
·         Putih jernih, < 1 mm, mempunyai corona (operkulum)

NYMPHA
·         Ukuran 1-2 mm
·         Antena hanya bersegmen 3 buah
·         Bentuk hampir sama dengan imago hanya alat kelaminbelum sempurna
·         Telur berkembang menjadi nympha pada hari ke-5

2.      Epidemiologi
Angka prevalensi dan kejadian pubis pediculosis sebagian besar perkiraan. Satu studi rinci (Simms et al., 2006) menemukan kejadian sekitar 33 kasus pubis pediculosis tahunan per 100.000 orang, dengan dua kali lebih banyak laki-laki sebagai perempuan memiliki infestasi kutu kemaluan. Seperti dengan PMS lain, pubis pediculosis paling sering terjadi pada dewasa muda. Di Inggris, insidensi tahunan adalah 74 kasus per 100.000 orang dalam 15 – untuk kelompok usia 24 tahun (. Simms et al, 2006), yang merupakan dua kali tingkat kutu yang ditemukan dalam populasi secara keseluruhan .

3.      Diagnosis
Penyakit Kutu Kelamin dapat diperoleh melalui kontak fisik dekat dengan orang yang memiliki kutu atau oleh kontak dengan handuk baru kutu-penuh atau tempat tidur. Kutu yang tidak bersentuhan dengan orang biasanya akan mati dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. Penyakit ini cukup menular, dan orang yang berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi akan memperoleh resiko penularan kutu kemaluan lebih besar dari 90%. Kondom tidak akan mencegah penularan kutu kemaluan (Eckert & Lentz, 2007a; Frenkl & Potts, 2007; Leone, 2007; Shoemaker et al, 2007.). Diagnosis ditegakkan dengan menemukan specimen kutu atau telur kutu pada penampakan mikroskopis. Diagnosis juga ditegakkan dengan melihat gejala-gejala klinis yang timbul.


BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kutu merupakan parasit. Dan selama kutu tersebut masih dalam keadaan hidup mereka akan sangat menganggu , kebiasaan mereka hanya menghisap darah kecuali kutu beras. Kutu tidak bisa hidup tanpa darah, berikut merupakan jenis-jenis kutu penghisap darah : Kutu Busuk, Kutu Kucing, Kutu Kepala, dan kutu pubis. Sedangkan Kutu beras itu sendiri merupakan serangga kecil yang gemar menghuni biji-bijian yang disimpan yang akan sangat merugikan jika mereka memakan semua biji-bijian yang telah disimpan.

3. 2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan sebagai hasil kajian makalah ini adalah
1.      Bahwa seorang Calon Tenaga Analis Kesehatan yang sangat berperan dalam   membantu dokter untuk mendiagnosa suatu penyakit, sudah sepatutnya memiliki pengetahuan, Keterampilan/Skill dan Juga Kiat dalam Kompetensinya, khususnya bidang parasitologi
2.      Setelah mengetahui cara pengendalian yang tepat, hendaknya dapat diterapkan di kehehidupan sehari-hari untuk menghindari serangan Parasit ini yang dapat menyebabkan Penyakit ruam-ruam, alergi, dan anemia.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kami mengharapkan agar kiranya, pembaca dapat memberikan masukan atau kritik sebagai bahan pertimbangan agar pada kesempatan berikutnya, dapat meminimalisir keselahan-kesalahan dalam penyusunan karya tulis sehingga bisa menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004. Teori Parasitologi. Semarang: Akademi Analisis Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Semarang.
Brown, H. W, 1983. Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta: PT. Gramedia
Ganda Husada, S, 1992. Parasitologi Kedokteran. Jakarata: Fakultas Kedokteran.
Garcia & Bruener, 1986. Diagnosa Parasitologi Kedokteran. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Prabu, B.D.R, 1990. Penyakit-penyakit Infeksi Umum. Edisi I. Jakarta: Widya Medica.
Soedarto, 1983. Ontemologi Kedokteran. Surabaya: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Autoclave / Autoklaf

Makalah titrasi pengendapan argentometri

MAKALAH KIMIA ANALITIK TITRIMETRI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI