MAKALAH KIMIA ANALITIK TITRIMETRI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI
Tugas
KIMIA ANALITIK
“Titrimetri Redoks”
Oleh:
Kelompok 5
Riska Agustiyanti Sitti
Zakinah Shobri
Riska Novianti Sri
Dinaca
Rosdayani Suciati
Rahma
Sadariah Husein Ummul
Fathanah A.I.H
Siskia Azizah
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS
KESEHATAN
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur penulis panjatkan kehadirat pada Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah “ Titrimetri
Redoks“
Makalah
ini dapat diselesaikan dengan dukungan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan
terima kasih kepada ibu Satya Darmayani, M.ENG selaku dosen pembimbing pada
mata kuliah Kimia Analitik. Dan
akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
secara tidak langsung dalam penyusunan Makalah ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya semoga Allah SWT berkenan memberi balasan yang
setimpal, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa
penyusunan hasil Makalah ini masih jauh dari titik kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca untuk perbaikan penyusunan karya berikutnya.
Demikian
pengantar dari penulis, akhir kata penulis ucapkan semoga Makalah ini dapat
bermanfaat.
Kendari, November
2015
P e n u l i s
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................ 3
1.4 Manfaat .................................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Titrasi Redoks......................................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Titrasi Redoks.......................................................... 6
2.4 Prinsip
Titrasi Redoks............................................................... 13
2.4 Penggunaan Titrasi Redoks....................................................... 14
2.5 Metode Titrasi Redoks.............................................................. 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 17
3.2 Saran ......................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah
analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan
larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung
secara kuantitatif. Titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainyaTitrasi merupakan metode analisa
kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk
menentukan konsentrasi dari suatu reaktan. Karena pengukuran volum memainkan
peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa
volumetric.
Selama
bertahun-tahun istitilah analisa volumetrik sering digunakan daripada
titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik
lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh
titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Titrasi
adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu dengan reaktan lainnya. Seringkali
titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang ditambahkan pada suatu
larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya konsentrasi dari salah satu
larutan, dikenal sebagai larutan standar, telah diketahui dengan tepat.
Reaksi
redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik
maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial,
sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati
titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan dengan
menggunakan indikator. Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang
dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri
redoks seperti iodometri, iodimetri dan permanganometri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
seperti yang dipaparkan diatas maka rumusan masalah:
1.
Apa
yang dimaksud dengan titrasi redoks ?
2.
Sebutkan
jenis-jenis titrasi redoks ?
3.
Apa
prinsip titrasi redoks ?
4.
Bagaimana
penggunaan titrasi redoks ?
5.
Bagaimana
metode titrasi redoks?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang
telah dikemukakan maka Makalah ini bertujuan:
1.
Untuk
mengetahui pengertian titrasi redoks.
2.
Untuk
mengetahui jenis-jenis titrasi redoks.
3.
Untuk
mengetahui prinsip titrasi redoks.
4.
Untuk mengetahui penggunaan titrasi redoks.
5.
Untuk
mengetahui metode titrasi redoks.
1.4 Manfaat
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menjadikannya
sebagai referensi ataupun tambahan wawasan mahasiswa
tentang materi Titrimetri Reaksi Reduksi Oksidasi yang baik pada mata pelajaran
Kimia Analitik bagi mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Titrasi Redoks
Reaksi-reaksi
kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh analisis
titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi
yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari
reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam analisi titrimetrik
dan penerapan-penerapannya cukup banyak.
Reaksi
oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan
dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah
elektron yang dilepaskan oleh redu ktor harus sama dengan jumlah elektron yang
ditangkap oleh oksidator.
Titrasi redoks itu melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara
titrant dan analit.Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar
logam atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi
dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan
menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium
dikromat.
Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan
menggunakan permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi
redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel
volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan
yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks
menjadi jauh lebih mudah.
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat
kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga
menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka
titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa
titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan
oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya
titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat
reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika kedua
indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue,
dan nitroferoin.
Atau ada juga yang tidak menggunakan indikator seperti permanganometri.
2.2 Jenis-Jenis Titrasi Redoks
Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak
jenisnya, diantaranya :
1. Permanganometri
2. Bikromatometri
3. Cerimetri
4. Iodimetri, iodometri, iodatometri
5. Bromometri, bromatometri
6. Nitrimetri
Terbaginya titrasi ini dikarenakan
tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua senyawa
oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai senyawa titran. Karena
prinsipnya adalah reaksi redoks, sehingga pastinya akan melibatkan senyawa
reduktor dan oksidator, karena Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan
reduksi antara titrant dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka
sampelnya adalah reduktor, dan kalau titrannya reduktor maka samplenya adalah
oksidator.
Banyak aplikasi dalam bidang
industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan
iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.
Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan
permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka
pengetahuan tentang penyetaraan reaksi redoks memegang peran penting,
sepertinya akan menjadi tidak mungkin bisa mengaplikasikan titrasi redoks tanpa
melakukan penyetaraan reaksinya dulu. Selain itu pengetahuan tentang perhitungan
sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan
pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri
titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah. Perlu diingat dari penyetaraan reaksi
kita akan mendapatkan harga equivalen tiap senyawa untuk perhitungan.
Permanganometri adalah titrasi yang
didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai
oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik
titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam
suatu sample.
Pada permanganometri, titran yang
digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan
tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta
telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun
lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada
volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi.
Kalium Permanganat distandarisasikan
dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida
standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium
permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan
timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat.
Penetapan kadar zat dalam praktek
ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri.
Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan
penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4
dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan
MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama,
yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara
mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya
pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat
dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi
dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume
titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4.
Pada permanganometri, titran yang
digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan
tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta
telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun
lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada
volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi (Day, 1980).
Kalium permangatat sukar diperoleh
secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagipula, air
suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi
dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan dioksida serta bukanlah suatu
larutan standar primer (Basset, 1994). Kalium permangatat merupakan oksidator
kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam
larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion
manganat yang berwarna hijau (Rivai, 1995). Titrasi harus dilakukan dalam
larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak
balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH (Rivai, 1995). Kalium
Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai
arsen (III) oksida standar-standar primer (Basset, 1994).
Bikromatometri
digunakan larutan baku kalium bikromat, sebagai oksidator yang lebih lemah dari
KMnO4. Larutan baku kalim bikromat lebih stabil dari KMnO4. Pengasaman
dapat dilakukan dengan H2SO4, HClO4, atau HCl.
Jingga
tak berwarna
Indikator yang digunakan, natrium
difenilbenzidinsulfonat dengan perubahan warna dari hijau ke violet.
Cerimetri
digunakan larutan baku garam Cerium yang jika dibandingkan KMnO4
lebih stabil, hasil reduksinya hanya satu dan tidak dapat mengoksidasi ion Cl-.
Kelemahannya, tidak digunakan pada suasana netral /basa karena peristiwa
hidrolisis dan warna kuning dari Ce4+ tidak cukup terang.
Diantara sekian banyak contoh teknik
atau cara dalam analisis kuantitatif terdapat dua cara melakukan analisis
dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak
langsung.
Cara
langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi
reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik
ekivalennya).
Namun, metode iodimetri ini jarang
dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan
Cara
tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian
direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan
natrium thiosilfat standar atau asam arsenit).
Dengan kontrol pada titik akhir
titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. perubahan warna yang terjadi pada
larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji (Svehla,
1997).
Iodium
merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi
reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai
pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi
(iodometri).
Relatif beberapa zat merupakan pereaksi
reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka
jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi
oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak
penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada
pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian
dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Day & Underwood, 1981).
Metode titrasi iodometri langsung
(iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode
titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari
iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994). Larutan standar yang
digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium thiosulfat. Garam
ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh
distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang
lama (Day & Underwood, 1981).
Tembaga murni dapat digunakan
sebagai standar primer untuk natrium thiosulfat dan dianjurkan apabila
thiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. Potensial standar pasangan
Cu(II) – Cu(I),
Cu2+ + e ? Cu+ Eo= +0.15 V
(Day & Underwood, 1981).
Cu2+ + e ? Cu+ Eo= +0.15 V
(Day & Underwood, 1981).
Karena harga E° iodium berada pada
daerah pertengahan maka sistem iodium dapat digunakan untuk oksidator maupun
reduktor. I2 adalah oksidator lemah sedangkan iodida secara relatif merupakan
reduktor lemah. Jika Eo tidak bergantung pada pH (pH < eo=" 0.535"
eo=" 6.21" eo=" +" ph =" 5,0">.
2.3 Prinsip Titrasi Redoks
Reaksi
oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan
dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah
elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang
ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan
persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah
reaksi (metode ion elektron).
Hubungan
reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut: Reaksi redoks
melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron;
Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus
listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani
dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia. Persamaan elektrokimia yang
berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks
dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks
adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau
sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan
titran.
2.4 Penggunaan Titrasi Redoks
Analisa
dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti dalam analisis
vitamin C (asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri dipergunakan.
Pertama-tama, sampel ditimbang seberat 400 mg kemudian dilarutkan kedalam air
yang sudah terbebas dari gas carbondioksida (CO2), selanjutnya
larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer sebanyak 10 mL.
Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan larutan
kanji atau amilosa.
Penetapan
besi dalam biji besi, biji besi terdiri atas Fe2O3
(hematite), Fe3O4 (magnetit), FeS2 (pirit),
FeCO3 (siderat), Fe2O3.nH2O
(limonet), dan Fe3O4.nH2O (goethite). Penetapan
klor dalam kaporit/kapur klor atau klorox,
Klorox : Larutan NaClO
OCl + Ca(OH)2 + CaCl2
OCl + Ca(OH)2 + CaCl2
2.5 Metode
Titrasi Redoks
1.
Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke
dalam buret yang telah ditera.
2.
Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia
atau erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran
3.
Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator
kanji
4.
Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah
titrat tepat dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu
putih di bawah wadah titrat
5.
Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit
demi sedikit) sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna
dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi!
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reaksi-reaksi
kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh analisis
titrimetrik. Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang
melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Titrasi redoks merupakan jenis
titrasi yang paling banyak jenisnya, diantaranya : Permanganometri,
Bikromatometri, Cerimetri Iodimetri, iodometri, iodatometri, Bromometri,
bromatometri, Nitrimetri. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar
oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi
oksidasi-reduksi antara analit dengan titran.
3.2 Saran
Titrasi redoks yang telah disajikan dalam makalah ini, dapat
dijadikan referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat
membedakannya dan dapat menerapkanya secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013. Materi Redoks-Praktikum Dasar Teknik Kimia I. http://pdtk1-tekim-undip.weebly.com/materi-redoks.html. Diakses pada
tanggal 30 November 2013.
Hamdani, S. 2011.
Titrasi Redoks. http://catatankimia.com/catatan/titrasi-redoks.html. Diakses pada
tanggal 30 November 2013.
Ibnu, S,
dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Zulfikar. 2010.
Titrasi Redoks. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-redoks/. Diakses pada
tanggal 30 November 2013.
Fuada H. R. 2013. Makalah kimia
analisis farmasi. https:// www.academia.edu/ 8765606/Titrasi_Reduksi
-_oksidasi diakses tanggal 8 oktober 2010.
Harjadi, W., (1986), “Ilmu Kimia
Analitik Dasar”, Gramedia, Jakarta
Wunas, J., Said, S., (1986),
“Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif” UNHAS, Makassar
Komentar
Posting Komentar